Normal, adalah batas aman seseorang melakukan sesuatu. Namun meski
ia adalah batas aman, terkadang ada orang-orang yang merasa tidak aman berada
dalam lingkar tsb. Ada sebagian orang yang justru menerobos batas aman. Menjadi
sosok yang dianggap tidak normal karena tak peduli apakah yang dilakukannya
adalah yang juga dilakukan orang-orang lainnya.
Nyatanya di sekitar kita orang-orang seperti itu selalu ada. Kaum
minoritas yang dengan pedenya berbaur dengan mayoritas. Mereka adalah makhluk
Abnormal yang kehidupannya tak pernah puas dengan lingkaran aman yang telah digariskan
oleh orang normal. Mereka menarik garisnya sendiri yang menyimpang jauh dari
kenormalan, kemudian menjalani kehidupannya dengan senang hati. Berbeda dengan orang
normal yang memandang berkehidupan adalah melakukan kegiatan yang sama seperti
yang dilakukan yang lainnya, terus-menerus seperti itu, sepanjang hari, setiap
hari. Mereka sudah terbiasa, terlalu merasa nyaman dengan posisinya, sehingga
selangkah pun tak ingin melampaui batas itu. Ya, batas normal.
Padahal hampir setiap kita mendambakan perlakuan khusus. Entah itu
dari bosnya, jika ia seorang yang sudah bekerja. Dari dosennya, jika statusnya
Mahasiswa. Atau dari masyarakat, jika dia seorang tokoh masyarakat. Terkadang
kita menginginkan posisi yang lebih dispesialkan daripada orang lain. Ingin
menjadi orang pertama yang gajinya dinaikkan dari ribuan karyawan lainnya,
ingin dosen lebih mengenalinya, ingin masyarakat banyak lebih terpengaruh oleh
ucapannya. Orang-orang normal, seringkali memimpikan hal-hal semacam itu.
Menjadi yang lebih unggul, dengan upaya yang sama yang juga dilakukan orang
normal lainnya.
Faktanya, orang-orang normal tidak akan pernah melangkah satu
tapakpun dalam batas ketidak-normalan. Menganggap itu suatu yang tidak patut
dilakukan, sebab tidak semua orang akan mau melakukannya. Kita terlampau
terbiasa melakukan sesuatu yang sama dengan orang lain, namun dengan
mengharapkan hasil yang berbeda dari mereka. Pertanyaannya adalah, mungkinkah
seseorang mendapat pengkhususan, jika yang dilakukannya adalah yang juga
dilakukan orang lain? Mungkinkah seseorang akan mendapatkan sesuatu yang
berbeda dengan upaya yang sama seperti yang juga dilakukan orang lain? Tidak.
Tentu saja jawabannya adalah TIDAK.
Maka ketidak-normalan justru awal dari setiap mimpi itu. Menjadi
seseorang yang lain, merupakan seleksi alam yang dengan sendirinya akan
menjadikan kita orang yang lebih mudah dikenali. Yang lebih sering diingat,
yang lebih berpotensi menjadi pusat perhatian.
Selanjutnya terserah kita memilih yang mana. Apakah tetap akan
dengan kenormalan, yang pasti tidak akan pernah membawa kita ke mana pun, atau
mulai mencari garis yang sama sekali tidak ditarik oleh orang-orang normal, dengan
harapan agar dapat menjadi seseorang yang lebih dikenal oleh sebab
berbagai prestasi. Entah itu dalam prestasi akademik, maupun kriminal. Karena
ketika memilih berbeda pun, kita masih tetap harus memilih bagaimana cara
menarik garis perbedaannnya. Dari sisi kiri kah, atau dari sisi kanan. Semua yang ada dalam
kehidupan ini pilihan, dan masing-masing kita berhak untuk memilihnya sendiri.